ILMU BUDAYA DASAR
I.
Manusia dan Cinta Kasih
a. Pengertian Cinta Kasih
Menurut kamus umum bahasa Indonesia karya W.J.S Poerwa
Darminta, cinta adalah rasa sangat suka (kepada) atau (rasa) sayang (kepada),
ataupun (rasa) sangat kasih atau sangat tertarik hatinya. Sedangkan kata kasih
artinya perasaan sayang atau cinta kepada atau menaruh belas kasihan, dengan
demikian arti cinta dan kasih hampir bersamaan, sehingga kata kasih memperkuat
rasa cinta. Karena itu cinta kasih dapat diartikan sebagai perasaan suka
(sayang) kepada seseorang yang disertai dengan menaruh belas kasih. Walaupun
cinta kasih memegang peranan yang penting dalam kehidupan manusia, saebab cinta
merupakan landasan dalam kehidupan perkawinan, pembentukan kelurga dan
pemeliharaan anak, hubungan yang erat dimasyarakat dan hubungan manusiawi yang
akrab. Demikian pula cinta adalah pengikat yang kokoh antara manusia dengan
Tuhanya sehingga manusia menyembah Tuhan dengan ikhlas, mengikuti perintahNya,
dan berpegang teguh pada syariatNya.
Pengertian tentang cinta dikemukakan juga oleh
Dr. Sarlito W. Sarwono, dikatakan bahwa cinta memiliki tiga unsur yaitu:
keterikatan. Keintiman, dan kemesraan. Yang dimaksud dengan keterikatan adalah
adanya perasaan untuk hanya bersama dia, segala prioritas untuk dia, tidak mau
pergi dengan orang lain kecuali dengan dia, kalau janji dengan dia harus
ditepati. Unsur yang kedua adalah keintiman yaitu adanya kebiasaan-kebiasaan
dan tingkah laku yang menunjukan bahwa antara anda dengan dia sudah tidak ada
jarak lagi. Panggilan-panggilan formal seperti bapak, ibu, saudara digantikan
dengan sekedar memanggil nama atau sebutan, sayang dan sebagainya.Makan minum
dari satu piring, cangkir tanpa rasa risi, pinjam meminjam baju, saling memakai
uang tanpa rasa berhutang, tidak saling menyimpan rahasia dan lain-lainya.
Unsur yang ketiga adalah kemesraan, yaitu adanya rasa ingin membelai dan
dibelai, rasa kangen kalau jauh atau lama tidak bertemu, adanya ucapan-ucapan
yang mengungkapkan rasa sayang,dan seterusnya.
Cinta tingkat tertinggi adalah cinta kepada
Allah, Rasulullah, dan berjihad dijalan Allah. Cinta tingkat menengah adalah
cinta kepada orang tua, anak, saudara, suami / istri dan kerabat. Cinta tingkat
terendah adalah cinta yang lebih mengutamakan cinta keluarga, kerabat, harta,
dan tempat tinggal.
b. Cinta Menurut Ajaran Agama Islam
Ø
Definisi Cinta
Untuk
mendefinisikan cinta sangatlah sulit, karena tidak bisa dijangkau dengan
kalimat dan sulit diraba dengan kata-kata. Ibnul Qayyim mengatakan: “Cinta
tidak bisa didefinisikan dengan jelas, bahkan bila didefinisikan tidak
menghasilkan (sesuatu) melainkan menambah kabur dan tidak jelas, (berarti)
definisinya adalah adanya cinta itu sendiri.” (Madarijus Salikin, 3/9)
Ø
Hakikat Cinta
Cinta adalah
sebuah amalan hati yang akan terwujud dalam (amalan) lahiriah. Apabila cinta
tersebut sesuai dengan apa yang diridhai Allah, maka ia akan menjadi ibadah.
Dan sebaliknya, jika tidak sesuai dengan ridha-Nya maka akan menjadi perbuatan
maksiat. Berarti jelas bahwa cinta adalah ibadah hati yang bila keliru
menempatkannya akan menjatuhkan kita ke dalam sesuatu yang dimurkai Allah yaitu
kesyirikan.
Ø
Macam – macam Cinta
1.
Cinta kepada Allah
Cinta yang dibangun karena Allah akan menghasilkan
kebaikan yang sangat banyak dan berharga. Ibnul Qayyim dalam Madarijus Salikin
(3/22) berkata: ”Sebagian salaf mengatakan bahwa suatu kaum telah mengaku cinta
kepada Allah lalu Allah menurunkan ayat ujian kepada mereka:
“Katakanlah:
jika kalian cinta kepada Allah maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai
kalian.” (Ali ‘Imran: 31)
Mereka
(sebagian salaf) berkata: “(firman Allah) ‘Niscaya Allah akan mencintai
kalian’, ini adalah isyarat tentang bukti kecintaan tersebut dan buah serta
faidahnya. Bukti dan tanda (cinta kepada Allah) adalah , faidah dan buahnya
adalah kecintaan Allahrmengikuti Rasulullahmaka kecintaanrkepada kalian. Jika
kalian tidak mengikuti RasulullahAllah kepada kalian tidak akan terwujud dan
akan hilang.”
Bila demikian
keadaannya, maka mendasarkan cinta kepada orang lain karena-Nya tentu akan
mendapatkan kemuliaan dan nilai di sisi Allah.bersabda dalam hadits yang
diriwayatkan dari Anas bin Malik
“Tiga hal yang
barangsiapa ketiganya ada pada dirinya, niscaya dia akan mendapatkan manisnya
iman. Hendaklah Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain keduanya,
dan hendaklah dia mencintai seseorang dan tidaklah dia mencintainya melainkan
karena Allah, dan hendaklah dia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah
Allah selamatkan dia dari kekufuran itu sebagaimana dia benci untuk dilemparkan
ke dalam neraka.” (HR. Al-Bukhari no. 16 dan Muslim no. 43)
2.
Pemujaan
Pemujaan adalah
salah satu manifestasi cinta manusia kepada Tuhannya yang diwujudkan dalam
bentuk komunikasi ritual. Kecintaan manusia kepada Tuhan tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan manusia.Hal ini ialah karena pemujaan kepada Tuhan adalah inti ,
nilai dan makna kehidupan yang sebenarnya.
Cinta kepada
Rasul, yang diutus Allah sebagai rahmah bagi seluruh alam semesta,menduduki
peringkat kedua setelah cinta kepada Allah. Ini karena Rasul merupakan ideal
sempurna bagi manusia baik dalam tingkah laku, moral, maupun berbagai sifat
luhur lainnya. Seorang mukmin yang benar-benar beriman dengan sepenuh hati akan
mencintai Rasulullah yang menanggung derita dakwah Islam, berjuang dengan penuh
segala kesulitan sehingga Islam tersebar di seluruh penjuru dunia, dan membawa
kemanusiaan dari kekelaman, kesesatan menuju cahaya petunjuk.
3.
Kasih Sayang
Pengertian kasih sayang menurut kamus umum bahasa
Indonesia karangan W.J.S.Porwadarminta adalah perasaan sayang, perasaan cinta
atau perasaan suka kepada seseorang. Dalam kehidupan berumah tangga kasih
sayang merupakan kunci kebahagiaan. Kasih sayang ini merupakan pertumbuhan dari
cinta. Percintaan muda-mudi (pria-wanita) bila diakhiri dengan perkawinan, maka
didalam rumah tangga keluarga muda itu bukan lagi bercinta-cintaan, tetapi
sudah bersifat kasih mengasihi atau saling menumpahkan kasih sayang. Dalam
kasih sayang sadar atau tidak sadar dari masing-masing pihak dituntut tanggung
jawab, pengorbanan, kejujuran, saling percaya, saling pengertian, saling
terbuka, sehingga keduanya merupakan kesatuan yang bulat dan utuh.Bila salah
satu unsur kasih sayang hilang, misalnya unsur tanggung jawab, maka retaklah
keutuhan rumah tangga itu. Kasih sayang yang tidak disertai kejujuran,
terancamlah kebahagian rumah tangga itu.
4.
Kemesraan
Kemesraan berasal dari kata dasar mesra, yang artinya
perasaan simpati yang akrab.kemesraan ialah hubungan yang akrab baik antara
pria dan wanita yang sedang dimabuk asmara maupun yang sudah berumah tangga.
Kemesraan pada dasarnya merupakan perwujudan kasih sayang yang mendalam.
Filusuf Rusia dalam bukunya makna kasih mengatakan “jika seorang pemuda jatuh
cinta pada seorang gadis secara serius, ia terlempar keluar dari cinta diri, Ia
mulai hidup untuk orang lain”. Pernyataan ini dijabarkan secara indah oleh William
Shakespeare dalam kisah “Romeo dan Juliet”, bila di Indonesia kisah” Roro
Mendut dan Prono Citro”.
5.
Belas Kasihan
Dalam cinta
sesama ini dipergunakan istilah belas kasih, karena cinta disini bukan karena
cakapnya, kayanya, cantiknya, pandainya, melainkan karena penderitaanya.
Penderitaan ini mengandung arti luas. Mungkin tua, sakit-sakitan, yatim piatu,
penyakit yang dideritanya,dan sebagainya. Perbuatan atau sifat menaruh belas
kasihan adalah orang yang berakhlak, manusia mempunyai potensi untuk berbelas
kasihan. Masalahnya sanggupkah ia menggugah potensi belas kasihnya itu. Bila
orang itu tergugah hatinya maka berarti orang berbudi dan terpujilah oleh
Allah.
6.
Cinta
Kasih Erotis
Cinta kasih kesaudaraan merupakan cinta kasih antara
orang-orang yang sama-sama sebanding, sedangkan cinta kasih ibu merupakan cinta
kasih terhadap orang-orang yang lemah tanpa daya. Walaupun terdapat perbedaan
besar antara kedua jenis tersebut, Kedua-duanya mempunyai kesamaan bahwa pada
hakekatnya cinta kasih tidak terbatas kepada seseorang saja. Berlawan dengan
kedua jenis cinta kasih tersebut ialah cinta kasih erotis, yaitu kehausan akan
penyatuan akan penyatuan yang sempurna, akan penyatuan dengan seseorang. Pada
hakekatnya cinta kasih tersebut bersifat bersifat ekslusif, bukan universal,
dan juga barangkali merupakan bentuk cinta kasih yang paling tidak dapat
dipercaya.
c. Cinta Kasih Sayang
Ø
Cinta diri
Cinta diri erat dikaitkan dengan dorongan menjaga
diri. Manusia senang untuk tetap hidup, mengembangkan potensi dirinya dan mengaktualisasikan
diri. Jadi di dalam diri manusia mencintai sesuatu yang mendatangkan kebaikan
pada dirinya, sebaliknya di dalam diri manusia membenci segala sesuatu yang
menghalanginya untuk hidup, mendatangkan rasa sakit, penyakit dan mara bahaya.
Al-Qur'an telah mengungkapkan cinta alamiah manusia terhadap dirinya sendiri,
cenderung untuk menuntut segala sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi
dirinya dan menghindari dari segala sesuatu yang membahayakan keselamatan
dirinya. Melalui ucapan nabi Muhammad SAW, bahwa seandainya beliau mengetahui
hal-hal gaib, tentu beliau akan memperbanyak hal-hal yang baik bagi dirinya dan
menjauhkan dirinya dari segala keburukan.
Ø
Cinta kepada sesama manusia
Agar manusia dapat hidup dengan penuh rasa sayang,
keserasian, keharmonisan dengan manusia lainnya, tidak boleh egoisme harus
menyeimbangi cinta kepada dirinya dengan cinta kepada orang lain. Al-Qur'an
juga menyuru kepada orang-orang yang beriman agar saling mencintai kepada orang
lain, seperti cinta kepada dirinya.
Ø
Cinta seksual
Cinta erat di kaitkan dengan dorongan seksual, sebab
ialah yang bekerja dalam melestarikan kasih sayang, keserasian, dan kerja sama
antara suami dan istri. Ia pun merupakan faktor yang primer bagi kelangsungan
hidup keluarga. Tetapi di dalam islam. Cinta seksual ini yang sudah mempunyai
status pernikahan yang sah.
Ø
Cinta kebapakan
Cinta kebapakan dalam Al-Qur'an di isyaratan dalam
kisah nabi Nuh as. betapa cintanya ia kepada anaknya, tampak jelas ketika ia
memanggilnya dengan penuh rasa cinta, kasih sayang, dan belas kasihan untuk nai
ke perahu agar tidak tenggelam di telan ombak.
Ø
Cinta kepada Allah
Puncak cinta manusia, yang paling bening, jernih, dan
spiritual ialah cinta kepada allah dan kerinduan kepada-Nya. Tidak hanya dalam
sholat, pujian, dan doanya saja tetapi juga dalam semua dan tingkah lakunya.
Semua itu di tujukan hanya kepada allah untuk mengharapkan ridho-Nya.
Ø
Cinta kepada Rasul
Cinta kepada rasul, di utus oleh allah sebagai rahmat
bagi seluruh alam semesta, menduduki peringkat ke dua setelah cinta kepada
allah.
II.
Manusia dan Keindahan
A.
Pengertian
Keindahan
Keindahan
berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek dan
sebagainya. Benda yang mempunyai sifat indah ialah segala hasil seni, (meskipun
tidak semua hasil seni indahl, pemandangari alam (pantai, pegunungan, danau,
bunga-bunga di lereng gunung), manusia (wajah, mata, bibir, hidung, rambut,
kaki, tubuh), rumah (halaman, ta13nan, perabot rumah tangga dan sebagainya),
suara, warna dan sebagainya. Keindahan adalah identik dengan kebenaran.
Menurut The
Liang Gie dalam bukunya “G,a-ris Besar Estetik” (Filsafat Keindahan) dalam
bahasa Inggris keindahan itu diterjemahkan dengan kata “beautiful”, Perancis
“beau”, Italia dan Spanyol “bello”, kata-kata itu berasal dari- bahasa Latin
“bellum”. Akar katanya adalah ”bonum” yang berarti kebaikan kemudian mempunyai
bentuk pengecilan menjadi’ ”bonellum” dan terakhir dipendekkan sehingga ditulis
“bellum”.
Ø
Selain itu menurut luasnya dibedakan pengertian:
1)
Keindahan dalam arti luas.
Selanjutnya The
Liang Gie menjelaskan.bahwa keindahan dalam arti luas mengandung pengertian ide
kebaikan. Misalnya Plato menyebut watak yang indah dan hukum yang indah,
sedangkan Aristoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang baik dan juga menyenangkan.
Jadi pengertian
yang seluas-Iuasnya meliputi :
· keindahan seni
· keindahan alam
· keindahan
moral
· keindahan
intelektual.
2)
Keindahan dalam arti estetik murni.
Keindahan dalam
arti estetik murni menyangkut pengalaman estetik seorang dalam hubungannya
dellgan se:gala sesuatu yang diserapnya.
3)
Keindahan dalam arti terbatas dalam hubungannya
dengan penglihatan.
Keindahan dalam
arti yang terbatas, me~punyai arti yang lebih disempitkan sehingga hanya
menyangkut bendabenda yang dapat -diserap dengan penglihatan, yakni berupa
keindahan bentuk dan warna. keindahan tersusun dari berbagai keselarasan dan
kebalikan dari garis, warna, bentuk, nada, dan kata-kata. Ada pula yang
berpendapat bahwa keindahan adalah suatu kumpulan hubungan-hubungan yang selaras
dalam suatu benda dan di antara benda itu dengan si pengarnat.
B.
Nilai
– nilai Keindahan
1.
Nilai
estetik
Dalam rangka teori umum tentang nilai The Liang Gie
menjelaskan bahwa, pengertian keindahan dianggap sebagai salah satu jenis nilai
seperti halnya nilai moral, nilai ekonomi, nilai pendidikan, dan sebagainya.
Nilai yang berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam pengertian
keindahan disebut nilai estetik. Dalam ”Dictionary of Sociology and Related
Science” diberikan rumusan tentang nilai sebagai berikut :
‘”The believed Capacity of any object to saticgy a
human desire. The Quality of any object which causes it be of interest to an
individual or a group” (Kemampuan yang dianggap ada pada suatu benda yang dapat
memuaskan keinginan manusia. Sifat dari suatu benda yang menarik minat
seseorang atau suatu kelompok).
Hal itu berarti, bahwa nilai adalah semata-mata adalah
realita psikologi yang harus dibedakan secara tegas dari kegunaan, karena
terdapat dalam jiwa manusia dan bukan pada hendaknya itu sendiri. Nilai itu
(oleh orang) dianggap terdapat pada suatu benda sampai terbukti letak
kebenarannya.
Nilai itu ada yang membedakan antara nilai sub yektif
dan obyektif,Tetapi penggolongan yang penting ialah:
- Nilai ekstrinsik
Nilai ekstrinsik adalah sifat baik dari suatu benda
sebagai alat atau sarana untuk sesuatu hal lainnya (“instrumental! Contributory
value”), yakni nilai yang bersifat sebagai alat atau membantu contohnya uisi,
bentuk puisi yang terdiri dari bahasa, diksi, baris, sajak, irama, itu disebut
nilai ekstrinsik
- Nilai intrinsik
Nilai intrinsik adalah sifat baik dari benda yang
bersangkutan, atau sebagai suatu tujuan, ataupun demi kepentingan benda itu
sendiri. Contohnya : pesan puisi yang ingin disampaikan kepada pembaca melalui
(alat benda) puisi itu disebut nilai intrinsik .
2. Alasan Manusia Mencipta Keindahan
Keindahan
itu pada dasamya adalah alamiah. Alam itu ciptaan Tuhan. Ini berarti bahwa
keindahan itu ciptaan Tuhan. Alamiah itu artinya wajar, tidak herlebihan tidak
pula kurang. Kalau pelukis wanita lebih cantik dari keadaan yang sebenarnya,
justru tidak indah. Karena akan ada ucapan “lebih cantik dari warna aslinya”.
Bila ada pemain drama yang berlebihlebihan, misalnya marah dengan meluap-Iuap
padahal kesalahan kecil, atau karena kehilangan sesuatu yang tak berharga
kemudian menangis meraung-raung, itu berarti tidak alamiah.
Maka
keindahan berasal dari kata indah berarti bagus, permai, cantik, molek dan
sebagainya. Benda yang mengandung keindahan ialah segala hasil seni dan alam
semesta ciptaan Tuhan. Sangat luas kawasan keindahan bagi manusia. Karena itu
kapan, di mana, dan siapa saja dapat menikmati keindahan.
3. Hubungan manusia dan keindahan
Manusia
memiliki lima komponen yang secara otomatis dimiliki ketika manusia tesebut
dilahirkan. Ke-lima komponen tersebut adalah nafsu, akal, hati, ruh, dan sirri
(rahasia ilahi). Dengan modal yang telah diberikan kepada manusia itulah
(nafsu, akal dan hati) akhirnya manusia tidak dapat dipisahkan dengan sesuatu
yang disebut dengan keindahan. Dengan akal, manusia memiliki
keinginan-keinginan yang menyenangkan (walaupun hanya untuk dirinya sendiri)
dalam ruang renungnya, dengn akal pikiran manusia melakukan kontemplasi
komprehensif guna mencari niolai-nilai, makna, manfaat, dan tujuandari suatu
penciptaan yang endingnya pada kepuasan, dimana kepuasan ini juga merupakan
salah satu indikator dari keindahan.
Akal
dan budi merupakan kekayaan manusia tidak dirniliki oleh makhluk lain. Oleh
akal dan budi manusia memiliki kehendak atau keinginan pada manusia ini tentu
saja berbeda dengan “kehendak atau keinginan” pada hewan karena keduanya timbul
dari sumber yang berbeda. Kehendak atau keinginan pada manusia bersumber dari
akal dan budi, sedangkan kehendak atau keinginan pada hewan bersumber dari
naluri.
Sesuai
dengan sifat kehidupan yang menjasmani dan merohani, maka kehendak atau
keinginan manusia itu pun bersifat demikian. Jumlahnya tak terbatas. Tetapi
jika dilihat dari tujuannya, satu hal sudah pasti yakni untukmenciptakan
kehidupan yang menyenangkan, yang memuaskan hatinya. Sudah bukan rahasia lagi
bahwa “yang mampu menyenangkan atau memuaskan hati setiap manusia itu tidak
lain hanyalah sesuatu yang “baik”, yang “indah”. Maka “keindahan pada
hakikatnya merupakan dambaan setiap manusia; karena dengan keindahan tu itu
manusia merasa nyaman hidupnya. Melalui suasana . keindahan itu perasaan “(ke)
manusia (annya)” tidak terganggu.
Dengan
adanya keinginan-keinginan tersebut, manusia menggunakan nafsunya untuk
mendorong hasrat atau keinginan yang dipikirkan atau direnungkan oleh sang akal
tadi agar bisa terrealisasikan. Ditambah lagi dengan anugrah yang diberikan-Nya
kepada kita (manusia) yakni berupa hati, dimana dengan hati ini manusia dapat merasakan
adanya keindahan, oleh karena itu manusia memiliki sensibilitas esthetis.
Selain itu manusia memang secara hakikat membutuhkan
keindahan guna kesempurnaan pribadinya. Tanpa estetika manusia tidak akan
sempurna, Karena salah satu unsur dari kehidupan adalah estetika. Sedang
manusia adalah mahluk hidup, jadi dia sangat memerlukan estetika ini.
C.
Teori
– teori renungan
Renungan
berasal dari kata renung, merenung artinya dengan diam-diam memikirkan sesuatu,
atau memikirkan sesuatu dengan dalam-dalam. Renungan adalah pembicaraan diri
kita sendiri atau pembicaraan dalam hati kita tentang suatu hal. Hasil dari
merenung juga dapat disebut renungan. Setiap orang pernah merenung. Sudah tentu
kadar renungannya satu sama lain berbeda, meskipun objek yang direnungkannya
sama, lebih pula apabila objek renungannya berbeda. Jadi apa yang
direnungkannya itu bergantung kepada objek dan subjek.
Setiap
kegiatan untuk merenung atau mengevaluasi segenap pengetahuan yang dimiliki
dapat disebut berfilsafat. Jadi berfilsafat adalah terjadinya proses
pembicaraan, evaluasi dengan hati kita sendiri mengenai suatu peristiwa. Contoh
hasil renungan yang menghasilkan pengetahuan yaitu Newton dengan gaya
gravitasinya3.
Pemikiran
kefilsafatan mendasarkan diri kepada penalaran. Penalaran adalah proeses
berpikir yang logik dan analitik.
Berpikir merupakan kegiatan untuk menyusun pengetahuan yang benar. Berpikir
logik menunjuk pola berpikir secara luas. Kegiatan berpikir dapat disebut logik
ditinjau dari suatu logika tertentu. Maka ada kemungkinan suatu pemikiran yang
logik akan menjadi tidak logik bila ditinjau dari sudut logika yang lain.
Pemikiran kefilsafatan mempunyai 3 macam ciri, yaitu:
1. Menyeluruh,
artinya pemikiran yang luas, bukan hanya ditinjau dari sudut pandang tertentu.
Pemikiran kefilsafatan ingin mengetahui antara ilmu yang satu dengan ilmu-ilmu
yang lain. Hubungan ilmu dengan mor al seni dan tujuan hidup.
2. Mendasar,
artinya pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang fundamental (keluar
gejala), sehingga dapat dijadikan dasar berpjak bagi segenap bidang keil muan.
3. Spekulatif,
artinya hasil pemikiran yang di dapat diijadikan dasar untuk
pemikiran-pemikiran selanjutnya. Hasil pemikirannya selalu dimaksudkan sebagai
dasar untuk menjelajah wilayah pengetahuan yang bar u.
Renungan atau
pemikiran yang dibahas ialah yang berhubungan dengan keindahan. Setiap hasil
seni lahir dari hasil renungan. Tanpa direnungkan hasil seni tidak akan mencapai
keindahan. Renungan atau pemikiran yang berhubungan dengan keindahan atau
penciptaan keindahan didasarkan atas tiga macam teori, ialahTeor i
Pengungkapan, Teori Metafisika, dan Teori Psikologis. Masing-masing dari teori
itu ada tokohnya.
Dalam Teori Pengungkapan
dikatakan oleh Benedetto Cr oce, bahwa seni
adalah pengungkapan kesan- kesan. Dalam Teori Metafisika,Plato
mengendalilkan adanya dunia ide pada taraf yang tertinggi, sebagai realita
Ilahi itu. Dari teori permainan yang masih tergolong teori Odi kologik dengan
tokohnya Freidrick Schiller dan Herbert Spencer,Schiller menyatakan bahwa asal
mula seni adalah dorongan batin untuk bermain- main (Play Impulse).
Pada proses jiwa
seniman pada waktu merenung dalam rangka menciptakan seni, menurut Keats selalu
diliputi rasa ragu-ragu, takut, ketidaktentuan, misterius (Negative
Capability). Justru seniman yang tidak memiliki kemampuan negatif tidak mampu
menciptakan keindahan. Kemampuan negatif ini identik dengan proses mencari.
Mencari yang dimaksud ialah mencari keindahan, karena yang bersangkutan merasa
belum puas atas keindahan yang telah diciptakan.
Selain dari pada
itu Keats menyatakan, bahwa untuk
mengatasi ketakutan ialah berkuasanya hal - hal yang sesaat. Baginya hal - hal
yang sesaat itu merupakan pelatuk yang meledakkan imajinasi, dan imajinasi ini
yang membentuk konsep keindahan. Selanjutnya konsep keindahan adalah abstrak.
Konsep itu baru dapat berkomunikasi setelah diberi bentuk. Seperti halnya
Gesang, setelah ia bermain di Bengawan Solo ia merenung. Ia menemukan konsep
keindahan. Tetapi konsep keindahan belum
berkomunikasi, barulah berkomunikas setelah diberi bentuk, yaitu lagu “
Bengawan Solo” yang ter kenal itu.
D.
Keserasian
Kehidupan serasi, selaras, dan
seimbang akan tumbuh dan berkembang dengan baik apabila antara kita bersikap
dan berprilaku sesuai dengan kodrat, harkat, dan martabat manusia sebagai
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Keserasian merupakan kondisi yang menggambarkan
terpadunya unsure-unsur yang terlibat dalam kehidupan bersama. Seperti kita
ketahui, alam semesta terdiri atas makhluk hidup dan makhluk tak hidup.
Keserasian merupakan gambaran suasana yang tertib, teratur, aman, damai, dan
tentram lahir batin. Baik dalam kehidupan secara individu, keluarga,
masyarakat, maupun berbangsa dan bernegara. Keserasian terwujud apabila
masing-masing individu dan lembaga-lembaga masyarakat menyadari serta
melaksanakan tugas, fungsi, hak, dan kewajibannya dengan penuh tanggung jawab.
Baik serasi dalam beragama, berkebudayaan dan sebagainya
Keseimbangan antara hak dan kewajiban
wajib kita jaga terutama di bidang hukum agar tercipta ketertiban dan keamanan
dalam kehidupan. Sebagaimana dinyatakan dalam pasal 27 UUD 1945 bahwa segala
warga Negara berkedudukan sama dalam hukum dan pemerintahan. Dengan demikian,
membina keserasian dalam hidup hendaknya kita artikan dengan tidak mengabaikan
hukum, serta menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban dengan jalan
mematuhi segala ketentuan yang berlaku.
1. Tuntunan tingkah laku dalam
melaksanakan keseimbangan antara hak dan kewajiban, berdasarkan :
a. Norma Agama
b. Norma Hukum
c. Norma Adat
d. Norma Kesusilaan dan Kesopanan
2.
Hak asasi manusia terdiri atas :
a. Hak asasi pribadi
b. Hak asasi ekonomi dan harta milik
c. Hak asasi mendapatkan pengayoman
dari pemerintahan
d. Hak asasi politik
e. Hak asasi social dan kebudayaan
f. Hak asasi perlakuan tata cara
peradilan
Budaya selaras, serasi, dan seimbang
termuat nilai moral bahwa bangsa yang adil dan beradab, bangsa yang bersatu,
bangsa yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, bangsa yang demokratis, dan bangsa
yang berkeadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
III.
Manusia dan Penderitaan
1.
Pengertian
Penderitaan
Penderitaan
berasal dari kata dasar derita. Sementara itu kata derita merupakan serapan
dari bahasa sansekerta, menyerap kata dhra yang memiliki arti menahan atau
menanggun. Jadi dapat diartikan penderitaan merupakan menanggung sesuatu yang
tidak meyenakan. Penderitaaan dapat muncul secara lahiriah, batiniah atau
lahir-batin. Penderitaan secara lahiriah dapat timbul karena adanya intensitas
komkosisi yang mengalami kekurangan atau berlebihan, seperti akibat kekurangan
pangan menjadi kelaparan, atau akibat makan terlalu banyak menjadi kekenyangan,
tidak dapat dipungkiri keduanya dapat menimbulkan penderitaan. Adapula kondisi
alam yang ekstrem, seperti ketika terik matahari membuat kepanasan, atau saat
kehujanan membuat kedinginan.
Ada
pula penderitaan yang secara lahiriah seperti sakit hati karena dihina, sedih
karena kerabat meninggal, putus asa karena tidak lulus ujian. Atau penyesalan
karena tidak melakukan yang diharapkan. Sementara yang lahir-batin dapat muncul
dikarenakan penderitaan pada sisi yang satu berdampak pada sisi yang lain atau
dengan kata lain penderitaan lahiriah memicu penderitaan batiniah atau
sebaliknya. Misal akibat kehujanan badan menjadi kedinginan namun tidak ada
tempat berteduh akibatnya mendongkol, risau atau menangis. Ada pula karena
putus asa tidak lulus ujian menjadi tidak mau makan dan menimbulkan perut
sakit.
Intensitas
penderitaan bertingkat-tingkat, dari yang terberat hingga ringgan. Persepsi
pada setiap orang juga berpengaruh menentukan intensitas penderitaan. Suatu
kejadian dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu dianggap penderitaan
bagi orang lain. Dalam artian suatu permasalahan sederhana yang
dibesar-besarkan akan menjadi penderitaan mendalam apabila disikapi secara
reaksioner oleh individu. Ada pula masalah yang sangat urgen disepelekan juga
dapat berakibat fatal dan menimbulkan kekacauan kemudian terjadi penderitaan.
Manusia
tidak dapat mengatakan setiap situasi masalahnya sama, penderitaanya sama
solusinyapun sama. Penderitaan bersifat universal dapat datang kepada siapapun
tidak peduli kaya maupun miskin, tua maupun muda. Penderitaan dapat muncul
kapanpun dan dimanapun. Semisal saat seminar di siang hari, suasana pengap, ada
kipas anginpun masih kipas-kipas membayangkan ruang ber AC, dan pulang tidur
merentangkan badan di kasur empuk. Atau makan buah segar dan minum air dingin.
Namun pasien rumah sakit di ruang VIP, tidur di kasur empuk ruang ber-AC,
banyak buah segar dan air segar di kulkas, merasa tidak betah dan ingin cepat
pulang. Ada lagi orang yang tidak mempunyai uang merasa menderita tidak dapat
wisata saat liburan, namun ada pula orang yang berpergian membawa uang banyak
tanpa bekal hendak liburan ternyata mobil mogok di daerah yang jauh dari
permukiman, dan saat makan siang tiba, rasa lapar mulai muncur, ternyata uang
tidak dapat menolong dari penderitaan karena tidak ada barang yang bisa di
beli, terlebih muncul rasa gengsi atau keegoisan penumpang lain menambah
penderitaan.
Penderitaan
merupakan realita kehidupan manusia di dunia yang tidak dapat dielakan. Orang
yang bahagia juga harus siap menghadapi tantangan hidup bila tidak yang muncul
penderitaan. Dan orang yang menghadapi cobaan yang bertubi-tubi harus
berpengharapan baik akan mendapatkan kebahagian. Karena penderitaan dapat
menjadi energi untuk bangkit berjuang mendapatkan kebahagian yang lalu maupun
yang akan datang.
Akibat
penderitaan yang bermacam-macam manusia dapat mengambil hikmah dari suatu
penderitaan yang dialami namun adapula akibat penderitaan menyebabkan kegelapan
dalam kehidupan.
Sehingga
penderitaan merupakan hal yang bermanfaat apabila manusia dapat mengambil
hikmah dari penderitaan yang dialami. Adapun orang yang berlarut-larut dalam
penderitaan adalah orang yang rugi karena tidak melapaskan diri dari
penderitaan dan tidak mengambil hikmak dan pelajaran yang didapat dari
penderitaan yang dialami.
Penderitaan
juga dapat “menular” dari seseorang kepada orang lain. Misal empati dari
sanak-saudara untuk membantu melepaskan penderitaan. Atau sekedar simpati dari
orang lain untuk mengambil pelajaran dan perenungan.
2.
Penderitaan
dan Perjuangan
Setiap
manusia pasti mengalami penderitaan, baik berat ataupun ringan. Penderitaan
adalah bagian kehidupan manusia yang bersifat kodrati. Karena itu terserah
kepada manusia itu sendiri untuk berusaha mengurangi penderitaan itu semaksimal
mungkin, bahkan menghindari atau menghilangkan sama sekali. Manusia adalah
mahluk berbudaya, dengan kata berbudaya itu ia berusaha mengatasi penderitaan
yang mengancam atau dialaminya. Hal ini membuat manusia itu kreatif, baik bagi
penderita sendiri maupun bagi orang lain yang melihat atau mengamati
penderitaan.
Penderitaan dikatakan sebagai kodrat manusia,
artinya sudah menjadi konsekwensi manusia hidup, bahwa manusia hidup
ditakdirkan bukan hanya untuk bahagia, melainkan juga menderita. Karena itu
manusia hidup tidak boleh pesimis, yang menganggap hidup sebagai rangkaian
penderitaan. Manusia harus itu optimis, ia harus berusaha mengatasi kesulitan
hidup. Allah berfirman dalam surat Arra'du ayat 11, bahwa Tuhan tidak akan
merubah nasib seseorang kecuali orang itu sendiri yang berusaha merubahnya.
Pembebasan dari penderitaan pada hakekatnya
meneruskan kelangsungan hidup. Caranya ialah berjuang menghadapi tantangan
hidup dalam alam lingkungan, masyarakatsekitar, dengan waspada, dan disertai
doa kepada Tuhan supaya terhindar dari bahaya dan malapetaka.
Apabila
kita memperhatikan dan membaca riwayat hidup para pemimpin bangsa, orang-orang
besar di dunia, sebagian dari kehidupannya dilalui dengan penderitaan dan penuh
perjuangan. Pemimpin kita Bung Karno dan Bung Hatta berapa lama mendekam dalam
penjara kolonial karena perjuangannya memerdekakan bangsa. Demikian juga para
pemimpin-pemimpin kita yang lain.
3.
Sebab-
sebab Penderitaan
Apabila
dikelompokkan secara sederhana berdasarkan sebab – sebab timbulnya penderitaa,
maka penderitaan manusia dapat diperinci sebagai berikut:
a.
Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia
Penderitaan yang menimpa manisa karena
perbuatan buruk manusia dapat terjadi dalam hubungan sesama manusia dan
hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Penderitaan ini terkadang disebut
nasib buruk. Nasib buruk tersebut dapat berubah menjadi baik. Dengan kata lain
manusia itu sendirilah yang dapat memperbaiki nasibnya. Tuhan yang menntukan
sedangkan nasib buruk itu manusia penyebabnya. Perbuatan manusia terhadap
lingkungannya juga menyebabkan penderitaan manusia. Tetapi kadang manusia itu
sendiri tidak menyadarinya, contohnya kita membuang sampah sembarangan sehingga
menyebabkan banjir.
b. Penderitaan yang timbul karena penyakit,
siksaan / azab Tuhan
Penderitaan manusia dapat juga terjadi akibat
penyakit atau azab Tuhan. Namun kesabaran, tawakan dan optimisme dapat menjadi
usaha untuk mengatasi penderitaan tersebut.
4.
Pengaruh-
pengaruh Penderitaan
Apa saja
pengaruh yang akan terjadi pada seseorang bila mengalami penderitaan?. Orang
yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh bermacam-macam dan
sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa sikap positif ataupun sikap
negatif. Sikap negatif misalnya penyesalan karena tidak bahagia, sikap kecewa,
putus asa, ingin bunuh diri, Siakp ini diungkapkan dalam peribahasa “Sesal
dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna” ,”nasi sudah menjadi bubur”.
Kelanjutan dari sikap negatif ini dapat timbul sikap anti, misalnya anti kawin
atau tidak mau kawin, tidak punya gairah hidup.
Sikap positif yaitu sikap optimis mengatasi
penderitaan hidup, bahwa hidup bukan rangkaian penderitaan, melainkan
perjuangan membebaskan diri dari penderitaan, dan penderitaan itu adalah hanya
bagian dari kehidupan. Sikap positif biasanya kreatif, tidak mudah menyerah,
bahkan mungkin timbul sikap keras atau sikap anti, misalnya anti kawin paksa,
ia berjuang menentang kawin paksa, anti ibu tiri,ia berjuang menentang
kekerasan dan lain-lainnya
Apabila sikap
negatif dan positif ini dikomunikasikan oleh para seniman kepada para pembaca,
penonton, maka para pembaca, para penonton akan memberikan penilainnya.
Penilaian itu dapat berupa kemauan untuk mengadakan perubahan nilai-nilai
kehidupan dalam masyarakat dengan tujuan perbaikan keadaan. Keadaan yang sudah
tidak sesuai ditinggalkan dan diganti dengan keadaan yang lebih sesuai, keadaan
yang berupa hambatan harus disingkirkan.
Opini :
Tuhan
menciptakan manusia sebagai mahluknya yang paling sempurna. Tuhan memberikan
penderitaan juga bukan karena Ia membenci mahlukNya, melainkan Ia sangat
menyayangi manusia. Namun, untuk menaikkan derajat manusia ke derajat yang
lebih tinggi Tuhan pasti akan memberikan cobaan kepada mahlukNya, siapa yang
dapat melewati pendeitaan itu, maka Tuhan akan menaikkan derajat aku dan kamu
menjadi lebih tinggi Oleh karena itu,
segala pengaruh buruk yang timbul karena terjadinya penderitaan, harusnya
disingkirkan jauh-jauh karena Tuhan
sayang kok sama kita semua. Penderitaan yang aku dan kamu alami sekarang, harus
dijadikan sebuah motivasi untuk bangkit menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Segala sesuatu jangan dilihat dari siai yang paling nampak aja.. Tapi lihat
juga dari sisi yang sebenarnya harus menggunakan hati dan pikiran kita
semua Jangan siksa diri sendiri dengan
pengaruh penderitaan yang buruk ahh
Kalau bukan kita sendiri yang menyelamatkan diri kita, lalu siapa lagi?.
REFERENSI
Drs. Suyadi M.P., Buku Materi
Pokok IBD, Depdikbud 1984 hal.19
http://www.car iilmuonline.com,
Pakde Sofa : Ilmu Budaya Dasar Bag. 1
· Buku IBD, Universitas Gunadarma
http://ocw.gunadarma.ac.id/course/psychology/study-program-of-psychology-s1/ilmu-budaya-dasar/manusia-dan-penderitaan